Recent Articles

Tuesday, August 16, 2011

Jenis Masalah, Langkah-Langkah BK




a. Jenis Masalah
Pengkategorian yang selama ini banyak dikenal adalah pengkategorian sosiologis dan psikologis. Pengkategorian sosiologis ini misalnya ; masalah pendidikan, keluarga, ekonomi, pergaulan dan sebagainya. Sedangkan pengkategorian masalah psikologis yang terkenal dalam konseling trait and factor adalah :
• Dependence (bergantung)
Contoh : Dalam setiap ulangan saya belum yakin atas kebenaran jawaban saya kalau tidak melihat jawaban teman saya.
• Lock of Information (kurang informasi
Contoh : Seorang siswa memutuskan keluar dari sekolah karena tidak ada biaya, padahal sebenarnya ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa.
• Self Conflict (konflik diri)
Contoh : Hari ini orang tua saya menyuruh saya pergi ke Jombang, tetapi hari ini juga saya ada janji dengan pacar saya, apa yang harus saya lakukan.
• Choice Anxiety (cemas memilih)
Contoh : Tahun ini saya mengikuti SPMB di sebuah PTN, selain itu saya juga mendaftarkan diri di sebuah PTS yang tidak kalah kualitasnya dengan PTN. Orang tua saya menyerahkan sepenuhnya kepada saya untuk memilih, tetapi sampai saat ini saya belum menentukan pilihan saya.
• Lock of Assurance (kurang percaya pada diri sendiri)
Contoh : Teman-teman maupun Bapak/Ibu Guru telah mendorong saya untuk mengikuti lomba KIR, tetapi saya kurang yakin apakah saya mampu.
• Lock of Skill (kurang keterampilan)
Contoh : Tidak mengetahui cara belajar yang efektif dan efesien.


b. Tahapan Konseling
Sebagai sebuah layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan, yaitu :
1) Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
 Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat
ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan
konseling.
 Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
 Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
 Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.
 Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.

2) Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek : (1) substansial – material; (2) struktural – fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno dkk. Telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek : (1) jasmani dan kesehatan; (2) diri pribadi; (3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6) pendidikan dan pelajaran; (7) agama, nilai dan moral; ( hubungan muda-mudi; (9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) waktu senggang.

3) Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan belajar pesert didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu : (1) faktor internal; factor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

4) Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakankonferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja sama guna membantu menangani kasus - kasus yang dihadapi.

5) Treatment
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau
penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien, berdasarkan pada
keputusan yang diambil dalam langkah prognosis. Jika jenis dan sifat serta
sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan
masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing atau konselor, maka pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri (intervensi langsung), melalui berbagai pendekatan layanan yang tersedia, baik yang bersifat direktif, non direktif maupun eklektik yang mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing/konselor sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau alih tangan kasus).
6) Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik.

c. Teknik-Teknik Konseling
1) Menciptakan hubungan baru
Agar cepat menciptakan hubungan baru, seorang konselor perlu menciptakan suasana yang hangat, ramah dan akrab.
2) Mempertajam pemahaman diri
Konselor berusaha agar klien lebih mampu memahami dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya dan dibantu menggunakan kekuatan untuk mengatasi kekurangannya.
3) Memberi nasehat atau membantu merencanakan program tindakan
Dalam melaksanakan hal ini, konselor mendorong klien untuk menyampaikan ide-idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor memberikan saran-saran bagi pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Ada tiga cara dalam memberikan nasehat :
• Dirrect Advice (nasehat langsung), secara terbuka dan jelas konselor mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak mengetahui betul apa yang harus diperbuat.
• Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan alasan yang logis atas pilihan-pilihannya tetapi belum menentukan pilihan.
• Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat mengajukan pilihan termasuk pertimbangan baik buruknya. Konselor memberikan nasehat dengan menjelaskan implikasi-implikasi putusan klien.
4) Melaksanakan rencana
Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat memberikan bantuan langsungbagi implementasi atau pelaksanaannya, misalnya : apabila dalam keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien diajak mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, di mana, dengan cara apa, dengan siapa dan sebagainya.
5) Refferal (pengiriman pada ahli lain)
Apabila konselor tidak mampu membantu klien dalam memecahkan permasalahannya, maka dapat mengirimkan kliennya pada ahli lain.


0 komentar: